Gangguan Kejiwaan pada Manusia ( Depresi, gangguan kecemasan, OCD)
Tugas 6
GANGGUAN
KEJIWAAN PADA MANUSIA

Oleh
Regita
Dewi Duwana (15519396)
1PA09
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2019
DAFTAR ISI
2.3 Obsessive
Complusive Disorder (OCD).............................................. 10
Bab 3 Penutup.......................................................................................... 13
3.1 Simpulan.......................................................................................... 13
3.2 Saran................................................................................................ 13
Daftar Pustaka.......................................................................................... 14
Bab 1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah
Gangguan
jiwa yaitu sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu
atau lebih fungsi kehidupan manusia. Gangguan jiwa dapat dilatarbelakangi oleh
berbagai hal seperti, faktor genetik, faktor lingkungan sekitar, atau perpaduan
dari faktor lain. Ada beberapa jenis gangguan kejiwaan yaitu gangguang
kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan afektif atau mood, gangguan psikosis, gangguan ketidakmampuan mengontrol
keinginan, gangguan pola makan,
gangguan obsesif - komplusif (obsessive
complisive disorder/OCD), gangguan pasca – trauma, gangguan (post-traumatic stress disorder/PTSD), gangguan disosiatif,
gangguan seksual dan gender, gangguan somatoform,
dan sindrom respons stess atau gangguan penyesuaian. Yang tiap kelompoknya
dapat terbagi lagi ke dalam beberapa jenis yang lebih spesifik. Gangguan jiwa
seringkali tidak disadari dan memiliki berbagai ciri – ciri yang berbeda pada
setiap jenisnya, gangguan jiwa juga dapat berdampak pada kehidupan dan
aktivitas manusia sehari – harinya dikarenakan adanya perubahan mood, pola pikir, dan tingkah laku
secara umum.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penyusun membahas masalah mengenai:
1) Apa itu depresi, gangguan kecemasan, dan OCD ?
2) Bagaimana gejala depresi, gangguan kecemasan, dan OCD dapat
terjadi ?
3) Apa saja penyebab terjadiya depresi, gangguan kecemasan, dan
OCD ?
4) Apa saja dampak yang ditimbulkan dari depresi, gangguan
kecemasan, dan OCD ?
5) Bagaimana alternatif penanggulangan dari depresi, gangguan
kecemasan, dan OCD ?
1.3
Tujuan
Dalam makalah ini tentunya penyusun memiliki tujuan yaitu:
1)
Untuk mengetahui apa itu
depresi, gangguan kecemasan, dan OCD
2)
Untuk mengetahui gejala
depresi, gangguan kecemasan, dan OCD
3)
Untuk mengetahui penyebab
terjadinya depresi, gangguan kecemasan, dan OCD
4)
Untuk megetahui dampak
dari depresi, gangguan kecemasan, dan OCD
5)
Untuk mengetahui
alternatif penanggulangan depresi, gangguan kecemasan, dan OCD
Bab 2
Pembahasan
2.1 Depresi
Menurut Lubis, depresi adalah gangguan
perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan
kegembiraan/gairah) disertai dengan gejala – gejala lain, seperti gangguan
tidur dan menurunnya selera makan.
Menurut Davison depresi merupakan kondisi
emosionalyang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan
tidak berarti dan bersalah,menarik diri dari orang lain dan tidak dapat tidur,
kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat tsert kesenangan dalam
aktivitas yang biasa dilakukan.
Maka dapat disimpulkan, depresi merupakan keadaan emosional individu dengan perassan
sedih, putus asa,selalu merasa bersalah, dan tidak ada harapan lagi secara
berlebihantanpa ada bukti – bukti yang rasional. Depresi biasanya terjadi saat
stress yang dialami berkolerasi dengankejadian dramatis yang baru saja terjadi
atau menimpa sesorang.
2.1.1 Gejala Depresi
Gejala
depresi adalah kumpulan dari prilaku dan perasaan yang secara spesifik bisa
dikelompokkan sebagai depresi. Gejala – gejala depresi bisa dilihat dari tiga
segi yaitu, segi fisik, psikis, dan sosial.
a.
Gejala fisik
·
Gangguan pola tidur
·
Menurunnya tingkat
aktifitas
·
Menurunnya efisiensi
kerja
·
Menurunnya produktivitas
kerja
·
Mudah merasa letih dan
sakit
b.
Gejala Psikis
·
Kehilangan rasa percaya
diri
·
Sensitif
·
Merasa tidak berguna
·
Perasaan bersalah
·
Perasaan terbebani
c.
Gejala Sosial
Lingkungan akan
bereaksi terhadap prilaku orang yang depresi tersebut pada umumnya negatif.
Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan
rekan kerja, atasan, atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik,
namun masalah lainnya juga seperti rasa minder, malu, cemas jika berada
diantara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal.
Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap
terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada
kesempatan.
2.1.2 Penyebab
Depresi
Gangguan depresi umumnya disebabkan oleh peristiw hidup
tertentu.
a.
Faktor Fisik
·
Faktor Genetik
·
Susunan kimia otak dan
tubuh
·
Usia
·
Gender
·
Gaya hidup
·
Penyakit fisik
·
Obat – obatan
·
Kurang terkena sinar
matahari
Ciri-ciri fisik dari seseorang mengalami depresi adalah:
· Mengalami
pusing dan rasa nyeri tanpa penyebab yang jelas
· Menurunnya
selera makan
b.
Faktor Psikologis
·
Kepribadian
·
Pola pikir
·
Harga diri
·
Stress
·
Lingkunga
·
Penyakit jangka panjang
Ciri-ciri psikologi seseorang yang mengalami depresi adalah:
· Mengalami
kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
· Tidak stabil
secara emosional
2.1.3 Dampak Depresi
·
Gangguan tidur
·
Pikiran mudah kosong
·
Nafsu makan berkurang
·
Cepat merasa lelah
·
Menarik diri dari
kehidupan sosial
·
Efisiensii kerja menurun
·
Sakit dada
·
Sering sakit kepala
2.1.4 Alternatif
Penanggulangan Depresi
Dalam mengobati depresi,
psikiater dapat melakukan beberapa cara berikut:
·
Melakukan psikoterapi, untuk
membantu mengatasi masalah akibat depresi.
·
Memberikan obat antidepresan, untuk
mengatasi depresi pasien.
·
Memberikan terapi kejut listrik, untuk
mengubah kinerja otak pasien.
·
Pasien yang mengalami depresi yang
serius perlu dirawat di rumah sakit.
Adapun cara
penanggulangannya:
·
Tidur yang cukup
·
Atur pola makan
·
Olahraga teratur
·
Mengatur jadwal harian
·
Berkonsultasi ke psikolog
2.2 Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)
Kecemasan
adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa
sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang harus dicemaskan,
misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, kondisi lingkungan dan
sebagaianya. Adalah normal, bahkan adaptif, untuk sedikit cemas mengenai
aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut mendorong
untuk melakukan pemeriksaan medis secara reguler atau memotivasi untuk belajar
menjelang ujian. Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi
kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman, atau sepertinya datang tanpa ada penyebabnya – yaitu bila bukan merupakan
respon terhadap perubahan lingkungan.
Tipe – tipe
gangguan kecemasan:
1.
Gangguan Cemas Menyeluruh
Salah satu tipe spesifik yang diakui oleh PPDGJ III dan
DSM-V sebagai salah satu gangguan kecemasan adalah gangguan kecemasan
menyeluruh atau generalized anxiety
disorder. GAD (generalized anxiety disorder) yaitu suatu gangguan kecemasan
yang ditandai dengan perasaan cemas yang umum dan bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi dan keadaan peningkatan keterangsangan tubuh. GAD ditandai dengan
kecemasan yang persisten yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi atau
aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa yang disebut Freud dengan
“mengambang bebas” (free floating). GAD
merupakan suatu gangguan yang stabil, muncul pada pertengahan remaja sampai
pertengahan umur dua puluhan tahun dan kemudian berlangsung sepanjang hidup. Gangguan
ini muncul dua kali lebih banyak pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki. Orang dengan GAD adalah pencemas yang
kronis, mungkin mereka mencemaskan secara berlebihan keadaan hidup mereka,
seperti keuangan, kesejahteraan anak-anak, dan hubungan sosial mereka. Anak - anak
dengan gangguan ini mencemaskan prestasi akademik, atletik, dan aspek sosial
lain dari kehidupan sekolah.
2.
Gangguan kecemasan sosial (Social anxiety
disorder)
Social anxiety disorder, alias kecemasan
sosial adalah rasa ketakutan ekstrem yang muncul ketika berada di tengah-tengah
banyak orang. Gugup ketika bertemu orang lain (terutama orang asing atau orang
yang cukup penting) itu wajar saja. Namun, ketika selalu merasa gugup dan takut
berada di lingkungan baru hingga berkeringat dan merasa mual, memiliki
kemungkinan mengalami kecemasan sosial.
Berbeda dengan rasa malu atau gugup yang umumnya
dialami hanya sebentar saja, kondisi ini justru berlangsung terus-menerus dalam
waktu yang lama. Sumber dari kecemasan ini adalah rasa takut akan diamati,
dihakimi, atau dinilai di depan orang lain.
Gangguan kecemasan sosial adalah satu jenis dari fobia
kompleks. Jenis fobia tersebut memiliki dampak yang merusak, hingga
melumpuhkan, pada kehidupan seseorang yang memilikinya. Pasalnya, gangguan ini
dapat memengaruhi kepercayaan diri dan harga diri seseorang, mengganggu
hubungan dan kinerja di tempat kerja atau sekolah.
3.
Gangguan panik (panic disorder)
Tidak seperti kecemasan biasa, gangguan panik bisa
muncul secara tiba-tiba dan berulang kali tanpa adanya alasan yang jelas.
Seseorang yang mengalami kondisi ini umumnya juga menunjukkan gejala-gejala
fisik seperti keluar keringat berlebih, nyeri dada, sakit kepala, napas
memburu, dan detak jantung yang tidak teratur. Banyak orang sering menganggap
berbagai gejala tersebut sebagai serangan jantung.
Serangan panik bisa dialami kapan saja dan di mana
saja. Beberapa orang mungkin akan mengalami serangan panik hanya dalam hitungan
menit, sementara lainnya bisa mengalami hingga berjam-jam.
4.
Fobia spesifik
Fobia
spesifik juga masuk dalam jenis anxiety
disorder. Kondisi ini merupakan ketakutan yang berlebihan
dan terus-terusan terhadap suatu objek, situasi, atau aktivitas tertentu yang
umumnya tidak berbahaya. Contohnya fobia badut, laba-laba, ketinggian, balon, jarum, darah,
dan lain sebagainya.
Orang
dengan kondisi ini tahu bahwa ketakutan yang mereka alami berlebihan, tetapi
mereka tetap tidak bisa mengatasinya
2.2.1 Gejala Gangguan Kecemasan
Berikut ini dijelaskan gejala -
gejala kecemasan
a.
Gejala Fisik:
· Kegelisahan, kegugupan
· Tangan atau anggota tubuh bergetar
· Banyak berkeringat
· Pusing
· Mulut dan kerongkongan terasa kering
· Sulit berbicara
· Jari atau anggota tubuh lain menjadi dingin
· Sulit berbicara
· Sulit bernapas
· Napas menjadi pendek
· Leher atau punggung menjadi kaku
· Sensasi seperti tercekik atau tertahan
· Sakit perut atau mual
· Sering buang air kecil
· Wajah memerah
· Diare
b. Gejala Behavioral (perilaku):
· Perilaku menghindar
· Perilaku melekat dan dependen
· Perilaku terguncang
c. Gejala Kognitif:
· Khawatir tentang sesuatu
· Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi
terhadap apa yan terjadi di masa depan
· Terpaku pada sensasi tubuh
· Keyakinan bahwa sesuatu yang buruk atau
mengerikan akan terjadi, tanpa ada penjelaasan yang jelas
· Ketakutan akan kehilangan control
· Khawatir terhadap hal sepele
· Pikiran terasa campur aduk
· Ketakutan akan ketidakmampuan untuk
menyelesaikan sesuatu
· Khawatir akan ditinggalkan sendiri
2.2.2 Penyebab
Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan muncul
karena adanya peristiwa yang tidak diinginkannya, seperti kematian orang yang
disayangi, perceraian, transisi masa sekolah, bencana alam. Selain faktor
kondisi atau keadaan, faktor genetika juga bisa menjadi penyebab seseorang
memiliki gangguan kecemasan. Orang yang memiliki kerabat dengan gangguan
kecemasan memiliki potensi lebih besar untuk terkena gangguan kecemasan.
2.2.3 Dampak Gangguan Kecemasan
Kita akan merasa cemas sepanjang waktu, bahkan pada
hal – hal kecil dan rasa cemas yang dirasa lebih berat daripada orang pada
umumnya dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Selama periode
kecemasan, kita akan mengkhawatirkan banyak hal, mungkin soal masa depan,
kehidupan saat ini, masalah keluarga, pekerjaan, pasangan, dan masalah lain
yang dipikirkan secara berlebihan.Tak hanya itu, kita juga akan melihat sesuatu
dengan pesimis, misalnya, masa depan yang suram atau segala hal sulit
dikendalikan. Kita menjadi takut untuk membuat keputusan. Mengalami gangguan
kecemasan membuat orang ragu-ragu mengambil keputusan karena takut salah. Tak
sedikit yang memutuskan untuk lari dari masalah yang tidak selesai.
Dalam keadaan cemas kita
bisa mengalami paranoia dan berpikir aneh-aneh yang bersifat khayalan. Kita akan
menjadi lebih waspada dan curiga terhadap emosi serta fakta. Kemudian, berujung
dengan mengasingkan dan mengisolasi diri sendiri.Selain meningkatkan kecemasan,
gangguan kecemasan juga berdampak pada fisik, seperti denyut jantung yang
cepat, gemetar, kelelahan, pusing, kesulitan berkonsentrasi, mual, dan
mengalami masalah tidur.
Kecemasan jangka panjang tidak baik untuk sistem
kardiovaskular dan kesehatan jantung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kecemasan meningkatkan risiko penyakit jantung pada orang yang sehat. Gangguan
kecemasan bisa berdampak pada sistem kekebalan.Dalam jangka pendek, kecemasan
dapat meningkatkan respons sistem kekebalan. Namun, kecemasan yang
berkepanjangan dapat memiliki efek sebaliknya.
Ketika
Anda merasa cemas, hormon-hormon stres seperti kortisol dan adrenalin
dilepaskan yang dapat berdampak pada bagian tubuh Anda yang lain. Hal ini
menempatkan tubuh Anda dalam mode fight or flight. Kortisol (hormon
steroid yang diproduksi oleh kolesterol di dalam dua kelenjar adrenal yang
terdapat pada tiap ginjal) mencegah pelepasan zat-zat yang menyebabkan
peradangan, dan mematikan aspek-aspek sistem kekebalan yang melawan infeksi,
kemudian merusak respons kekebalan alami tubuh. Kondisi ini memungkinkan orang
dengan gangguan kecemasan kronis mudah terkena flu dan infeksi.
Efek negatif jangka panjang dari gangguan kecemasan adalah depresi,
insomnia, nyeri kronis, kehilangan minat dalam sek, gangguan penyalahgunaan
zat, pikiran untuk bunuh diri, dan kesulitan di sekolah, pekerjaan, dan
lingkungan sosial.
2.2.4 Alternatif Penanggulangan Gangguan
Kecemasan
Penanganan
gangguan kecemasan berlebihan umumnya dapat dilakukan dengan psikoterapi, pemberian obat, atau dengan gabungan keduanya.
Berikut ini jenis terapi psikologis yang umumnya akan dilakukan, yaitu:
a.
Psikoterapi
Psikoterapi merupakan salah satu jenis konseling yang dapat mengatasi gangguan kecemasan berlebihan. Psikoterapi akan membantu Anda menceritakan dan membicarakan apa yang Anda rasakan. Psikoterapi juga bisa memberikan saran tentang bagaimana memahami serta mengatasi gangguan kecemasan yang Anda alami.
Psikoterapi merupakan salah satu jenis konseling yang dapat mengatasi gangguan kecemasan berlebihan. Psikoterapi akan membantu Anda menceritakan dan membicarakan apa yang Anda rasakan. Psikoterapi juga bisa memberikan saran tentang bagaimana memahami serta mengatasi gangguan kecemasan yang Anda alami.
b.
Terapi
perilaku kognitif
Ini merupakan jenis psikoterapi di mana terapis akan mengajarkan Anda bagaimana mengenali dan mengubah pola pikir, serta perilaku yang dapat memicu kecemasan berlebihan.
Ini merupakan jenis psikoterapi di mana terapis akan mengajarkan Anda bagaimana mengenali dan mengubah pola pikir, serta perilaku yang dapat memicu kecemasan berlebihan.
c.
Terapi mengelola stres
Terapi mengelola stres dengan relaksasi atau meditasi dapat membantu mengatasi kecemasan berlebihan pada seseorang. Terapi ini dapat meningkatkan hasil terapi lain yang Anda lakukan. Dukungan keluarga juga sangat penting dalam pemulihan seseorang dari gangguan kecemasan berlebihan.
Terapi mengelola stres dengan relaksasi atau meditasi dapat membantu mengatasi kecemasan berlebihan pada seseorang. Terapi ini dapat meningkatkan hasil terapi lain yang Anda lakukan. Dukungan keluarga juga sangat penting dalam pemulihan seseorang dari gangguan kecemasan berlebihan.
Sedangkan untuk penanganan menggunakan obat-obatan,
obat antidepresan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi berbagai jenis
gangguan kecemasan. Khusus untuk mengatasi kecemasan berlebihan, dokter akan
meresepkan kelompok obat ansiolitik atau antiansietas. Obat-obatan untuk
meredakan gejala cemas harus dikonsumsi sesuai petunjuk dokter.
Untuk
mengurangi atau mengatasi kecemasan yang ditimbulkan, kita bisa melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
· Kurangi makanan
dan minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, minuman berenergi, atau minuman
berkarbonasi. Kafein dapat memperburuk gejala gangguan kecemasan.
· Menjalankan pola
makan yang sehat dan benar.
· Berolahraga
teratur, seperti jogging, senam aerobik, dan bersepeda,
dapat membantu melepaskan zat kimia otak untuk mengurangi stres dan memperbaiki
suasana hati Anda.
· Cobalah tidur
tepat waktu dan bicaralah dengan dokter jika mengalami gangguan tidur.
· Hindari
mengonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, dan merokok karena bisa
memperparah gangguan kecemasan yang dialami.
3.1 Obsessive
Complusive Disorder (OCD)
Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan
mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan
secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi
kecemasan atau ketakutan.
Pikiran obsesif dapat dibedakan
dengan kekhawatiran dalam dua hal utama, yaitu:
1.
Obsesi
biasnya dialami oleh orang itu sebagai sesuatu yang dipicu oleh masalah dalam
kehidupan sehari – hari
2.
Isi
obsesi paling sering melinatkan tema yang diprespsikan tidak dapat diterima
atau mengerikan secara sosial, seperti seks, kekerasan, dan
penyakit/kontaminasi
Sementara itu kekhawatiran cenderung
terpusat di sekitar kekhawatiranyang lebih lazim dan dapat diterima, seperti
uang dan pekerjaan. Komplusi adalah perilaku atau tindakanmental repetitive
yang digunakan untuk mengurangi kecemasan. Contohnya termasuk memeriksa
beberapakali untuk memastikan bahwa pintu telah terkunci atau mengulangi doa
dalam hati beberapa kali. Tindakan ini biasanya dianggap tidak masuk akal oleh
orang – orang.
3.1.2 Gejala Obsessive Complusive Disorder (OCD)
Beberapa perilaku yang berasal
dari pikiran obsesif ini meliputi:
·
Mencuci tangan secara berlebihan, mandi berulang, membersihkan
rumah yang tidak perlu
·
Terus-menerus mengatur dan menyusun ulang hal-hal untuk membuat
“tepat”
·
Memeriksa hal yang sama berulang kali meski telah memeriksa
sebelumnya
·
Menimbun harta benda yang tidak perlu seperti koran bekas dan
menggunakan kertas pembungkus daripada membuangnya
·
Menghitung atau mengulang kata atau frasa tertentu. Melakukan
ritual seperti harus menyentuh sesuatu beberapa kali atau mengambil sejumlah
langkah tertentu
3.1.3 Penyebab Obsessiseve
Complusive Disorder (OCD)
Gejala OCD adalah gangguan
pikiran yang menimbulkan rasa cemas atau takut terus menerus, dan perilaku yang
dilakukan berulang kali guna menghilangkan kecemasan tersebut. Sebagai contoh,
penderita OCD yang takut terkena penyakit, akan mencuci tangan secara
berlebihan.
Psikiater akan
melakukan wawancara secara mendalam mengenai pikiran dan perilaku yang timbul,
serta menggali dampaknya pada kehidupan penderita. Psikiater juga akan
memastikan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lanjutan, untuk melihat
adanya penyakit lain yang bisa mengakibatkan munculnya gejala OCD.
Penyebab OCD belum diketahui secara pasti, namun
terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
OCD, yaitu:
· Memiliki anggota
keluarga yang menderita OCD
· Pernah mengalami
peristiwa tidak menyenangkan
3.1.4 Dampak Obsessiseve Complusive Disorder (OCD)
·
Tangan basah karena
terlalu banyak mencuci tangan
·
Takut berjabat tangan
atau menyentuh sesuatu di depan umum
·
Menghindari situasi
tertentu yang memicu pikiran obsesif
·
Kegelisahan hebat ketika
segala sesuatu tidak teratur atau simetris
·
Memeriksa hal yang sama
berulang-ulang
·
Kebutuhan mutal akan
jaminana keamanan
·
Ketidakmampuan untuk
menghentikan rutinitas
·
Menghitung tanpa alasan
atau mengulang kata, frasa, atau tindakan yang sama
·
Setidaknya, satu jam
setiap hari dihabiskan untuk pikiran atau ritual yang tidak diinginkan
·
Mengalami kesulitan
untuk bekerja tepat waktu atau mengikuti jadwal karena ritual
3.1.5 Alternatif Penanggulangan Obsessive Complusive
Disorder (OCD)
Pengobatan
OCD bertujuan untuk mengendalikan gejala yang muncul, sehingga metode yang
dilakukan tergantung kepada tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan bagi
penderita OCD dapat berupa terapi perilaku kognitif, pemberian obat antidepresan, atau kombinasi dari kedua metode
tersebut. terapi perilaku kognitif, bertujuan
untuk membimbing penderita OCD dalam menghadapi ketakutannya dan mengurangi
kecemasannya tanpa melakukan kegiatan berulang. Pada beberapa penderita,
pengobatan perlu dilakukan seumur hidup.
Bab 3
Penutup
3.1 Simpulan
Depresi merupakan gangguan jiwa yang sering kita temui dalam
masyarakat dan bahkan mungkin pernah kita alami namun tidak disadari, salah
satu penyebab depresi adalah stress berkepanjangan kita semua tentu pernah
merasakan stress, jika stress bisa menyebabkan depresi, maka depresi bisa
menyebabkan gangguan jiwa yang lain seperti gangguan kecemasan (Anxiety
Disorder) dan Obsessive Complusive
Disorder. Walaupun tidak hanya disebabkan oleh stress dan depresi, namun stress
menjadi peyebab yang paling mudah terjadi pada diri. Dan jika gangguan yang
dialami sudah parah, maka memiliki kemungkinan tidak dapat disembuhkan, namun
bisa diatasi dengan obat ataupun terapi dari tenaga proffesional.
3.2 Saran
Kita harus
lebih memperhatikan bahkan mengkhawatirkan kesehatan mental kita, karena
masalah menta bukan hal yang sepele karena bisa mempengaruhi segala aktivitas
dalam kehidupan, dan lalgi banyak gejala – gejala gangguan jiwa yang tidak
disadari. Dan jika ada gejala – gejala gangguan jiwa dalam diri kita jangan
menyepelekannya dan ada baiknya untuk menghubungi psikolog atau psikiater agar
cepat mendapat penanganan.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar