Gangguan Kejiwaan pada Manusia ( Depresi, gangguan kecemasan, OCD)


Tugas 6
             
GANGGUAN KEJIWAAN PADA MANUSIA




Oleh
Regita Dewi Duwana (15519396)
1PA09



JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019


                                                                   DAFTAR ISI



2.3 Obsessive Complusive Disorder (OCD).............................................. 10
Bab 3 Penutup.......................................................................................... 13
3.1 Simpulan.......................................................................................... 13
3.2 Saran................................................................................................ 13
Daftar Pustaka.......................................................................................... 14















Bab 1
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa yaitu sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Gangguan jiwa dapat dilatarbelakangi oleh berbagai hal seperti, faktor genetik, faktor lingkungan sekitar, atau perpaduan dari faktor lain. Ada beberapa jenis gangguan kejiwaan yaitu gangguang kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan afektif atau mood, gangguan psikosis, gangguan ketidakmampuan mengontrol keinginan, gangguan pola makan, gangguan obsesif - komplusif (obsessive complisive disorder/OCD), gangguan pasca – trauma, gangguan (post-traumatic stress disorder/PTSD), gangguan disosiatif, gangguan seksual dan gender, gangguan somatoform, dan sindrom respons stess atau gangguan penyesuaian. Yang tiap kelompoknya dapat terbagi lagi ke dalam beberapa jenis yang lebih spesifik. Gangguan jiwa seringkali tidak disadari dan memiliki berbagai ciri – ciri yang berbeda pada setiap jenisnya, gangguan jiwa juga dapat berdampak pada kehidupan dan aktivitas manusia sehari – harinya dikarenakan adanya perubahan mood, pola pikir, dan tingkah laku secara umum.

1.2  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penyusun membahas masalah mengenai:
1)    Apa itu depresi, gangguan kecemasan, dan OCD ?
2)    Bagaimana gejala depresi, gangguan kecemasan, dan OCD dapat terjadi ?
3)    Apa saja penyebab terjadiya depresi, gangguan kecemasan, dan OCD ?
4)    Apa saja dampak yang ditimbulkan dari depresi, gangguan kecemasan, dan OCD ?
5)    Bagaimana alternatif penanggulangan dari depresi, gangguan kecemasan, dan OCD ?

                                                           

1.3  Tujuan
Dalam makalah ini tentunya penyusun memiliki tujuan yaitu:
1)    Untuk mengetahui apa itu depresi, gangguan kecemasan, dan OCD
2)    Untuk mengetahui gejala depresi, gangguan kecemasan, dan OCD
3)    Untuk mengetahui penyebab terjadinya depresi, gangguan kecemasan, dan OCD
4)    Untuk megetahui dampak dari depresi, gangguan kecemasan, dan OCD
5)    Untuk mengetahui alternatif penanggulangan depresi, gangguan kecemasan, dan OCD























Bab 2
Pembahasan
2.1 Depresi
     Menurut Lubis, depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan/gairah) disertai dengan gejala – gejala lain, seperti gangguan tidur dan menurunnya selera makan.
     Menurut Davison depresi merupakan kondisi emosionalyang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah,menarik diri dari orang lain dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat tsert kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan.
     Maka dapat disimpulkan, depresi merupakan keadaan emosional individu dengan perassan sedih, putus asa,selalu merasa bersalah, dan tidak ada harapan lagi secara berlebihantanpa ada bukti – bukti yang rasional. Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami berkolerasi dengankejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa sesorang.

2.1.1 Gejala Depresi
      Gejala depresi adalah kumpulan dari prilaku dan perasaan yang secara spesifik bisa dikelompokkan sebagai depresi. Gejala – gejala depresi bisa dilihat dari tiga segi yaitu, segi fisik, psikis, dan sosial.
a.     Gejala fisik
·       Gangguan pola tidur
·       Menurunnya tingkat aktifitas
·       Menurunnya efisiensi kerja
·       Menurunnya produktivitas kerja
·       Mudah merasa letih dan sakit
b.     Gejala Psikis
·       Kehilangan rasa percaya diri
·       Sensitif
·       Merasa tidak berguna
·       Perasaan bersalah
·       Perasaan terbebani
c.     Gejala Sosial
        Lingkungan akan bereaksi terhadap prilaku orang yang depresi tersebut pada umumnya negatif. Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan, atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti rasa minder, malu, cemas jika berada diantara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka  merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.

2.1.2 Penyebab Depresi
               Gangguan depresi umumnya disebabkan oleh peristiw hidup tertentu.
a.     Faktor Fisik
·       Faktor Genetik
·       Susunan kimia otak dan tubuh
·       Usia
·       Gender
·       Gaya hidup
·       Penyakit fisik
·       Obat – obatan
·       Kurang terkena sinar matahari
Ciri-ciri fisik dari seseorang mengalami depresi adalah:
·   Selalu merasa lelah dan tak bertenaga
·   Mengalami pusing dan rasa nyeri tanpa penyebab yang jelas
·   Menurunnya selera makan
b.     Faktor Psikologis
·       Kepribadian
·       Pola pikir
·       Harga diri
·       Stress
·       Lingkunga
·       Penyakit jangka panjang
Ciri-ciri psikologi seseorang yang mengalami depresi adalah:
·   Mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
·   Tidak stabil secara emosional
·   Merasa putus asa atau frustasi




2.1.3 Dampak Depresi
·       Gangguan tidur
·       Pikiran mudah kosong
·       Nafsu makan berkurang
·       Cepat merasa lelah
·       Menarik diri dari kehidupan sosial
·       Efisiensii kerja menurun
·       Sakit dada
·       Sering sakit kepala
             
2.1.4 Alternatif Penanggulangan Depresi
     Dalam mengobati depresi, psikiater dapat melakukan beberapa cara berikut:
·    Melakukan psikoterapi, untuk membantu mengatasi masalah akibat depresi.
·    Memberikan obat antidepresan, untuk mengatasi depresi pasien.
·    Memberikan terapi kejut listrikuntuk mengubah kinerja otak pasien.
·    Pasien yang mengalami depresi yang serius perlu dirawat di rumah sakit.
Adapun cara penanggulangannya:
·       Tidur yang cukup
·       Atur pola makan
·       Olahraga teratur
·       Mengatur jadwal harian
·       Berkonsultasi ke psikolog


2.2 Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)
            Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang harus dicemaskan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, kondisi lingkungan dan sebagaianya. Adalah normal, bahkan adaptif, untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut mendorong untuk melakukan pemeriksaan medis secara reguler atau memotivasi untuk belajar menjelang ujian. Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau sepertinya datang tanpa ada penyebabnya – yaitu bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan.

            Tipe – tipe gangguan kecemasan:

1.     Gangguan Cemas Menyeluruh

Salah satu tipe spesifik yang diakui oleh PPDGJ III dan DSM-V sebagai salah satu gangguan kecemasan adalah gangguan kecemasan menyeluruh atau generalized anxiety disorder. GAD (generalized anxiety disorder) yaitu suatu gangguan kecemasan yang ditandai dengan perasaan cemas yang umum dan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan keadaan peningkatan keterangsangan tubuh. GAD ditandai dengan kecemasan yang persisten yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi atau aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa yang disebut Freud dengan “mengambang bebas” (free floating). GAD merupakan suatu gangguan yang stabil, muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan umur dua puluhan tahun dan kemudian berlangsung sepanjang hidup. Gangguan ini muncul dua kali lebih  banyak pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Orang dengan GAD adalah pencemas yang kronis, mungkin mereka mencemaskan secara berlebihan keadaan hidup mereka, seperti keuangan, kesejahteraan anak-anak, dan hubungan sosial mereka. Anak - anak dengan gangguan ini mencemaskan prestasi akademik, atletik, dan aspek sosial lain dari kehidupan sekolah.

2.     Gangguan kecemasan sosial (Social anxiety disorder)
Social anxiety disorder, alias kecemasan sosial adalah rasa ketakutan ekstrem yang muncul ketika berada di tengah-tengah banyak orang. Gugup ketika bertemu orang lain (terutama orang asing atau orang yang cukup penting) itu wajar saja. Namun, ketika selalu merasa gugup dan takut berada di lingkungan baru hingga berkeringat dan merasa mual, memiliki kemungkinan mengalami kecemasan sosial.
Berbeda dengan rasa malu atau gugup yang umumnya dialami hanya sebentar saja, kondisi ini justru berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama. Sumber dari kecemasan ini adalah rasa takut akan diamati, dihakimi, atau dinilai di depan orang lain.
Gangguan kecemasan sosial adalah satu jenis dari fobia kompleks. Jenis fobia tersebut memiliki dampak yang merusak, hingga melumpuhkan, pada kehidupan seseorang yang memilikinya. Pasalnya, gangguan ini dapat memengaruhi kepercayaan diri dan harga diri seseorang, mengganggu hubungan dan kinerja di tempat kerja atau sekolah.
3.     Gangguan panik (panic disorder)
Tidak seperti kecemasan biasa, gangguan panik bisa muncul secara tiba-tiba dan berulang kali tanpa adanya alasan yang jelas. Seseorang yang mengalami kondisi ini umumnya juga menunjukkan gejala-gejala fisik seperti keluar keringat berlebih, nyeri dada, sakit kepala, napas memburu, dan detak jantung yang tidak teratur. Banyak orang sering menganggap berbagai gejala tersebut sebagai serangan jantung.
Serangan panik bisa dialami kapan saja dan di mana saja. Beberapa orang mungkin akan mengalami serangan panik hanya dalam hitungan menit, sementara lainnya bisa mengalami hingga berjam-jam.
4.     Fobia spesifik
Fobia spesifik juga masuk dalam jenis anxiety disorder. Kondisi ini merupakan ketakutan yang berlebihan dan terus-terusan terhadap suatu objek, situasi, atau aktivitas tertentu yang umumnya tidak berbahaya. Contohnya fobia badut, laba-laba, ketinggian, balon, jarum, darah, dan lain sebagainya.
Orang dengan kondisi ini tahu bahwa ketakutan yang mereka alami berlebihan, tetapi mereka tetap tidak bisa mengatasinya


2.2.1 Gejala Gangguan Kecemasan
               Berikut ini dijelaskan gejala - gejala kecemasan
a.     Gejala Fisik:
·       Kegelisahan, kegugupan
·       Tangan atau anggota tubuh bergetar
·       Banyak berkeringat
·       Pusing
·       Mulut dan kerongkongan terasa kering
·       Sulit berbicara
·       Jari atau anggota tubuh lain menjadi dingin
·       Sulit berbicara
·       Sulit bernapas
·       Napas menjadi pendek
·       Leher atau punggung menjadi kaku
·       Sensasi seperti tercekik atau tertahan
·       Sakit perut atau mual
·       Sering buang air kecil
·       Wajah memerah
·       Diare

b.     Gejala Behavioral (perilaku):
·       Perilaku menghindar
·       Perilaku melekat dan dependen
·       Perilaku terguncang

c.     Gejala Kognitif:
·       Khawatir tentang sesuatu
·       Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap apa yan terjadi di masa depan
·       Terpaku pada sensasi tubuh
·       Keyakinan bahwa sesuatu yang buruk atau mengerikan akan terjadi, tanpa ada penjelaasan yang jelas
·       Ketakutan akan kehilangan control
·       Khawatir terhadap hal sepele
·       Pikiran terasa campur aduk
·       Ketakutan akan ketidakmampuan untuk menyelesaikan sesuatu
·       Khawatir akan ditinggalkan sendiri

2.2.2 Penyebab Gangguan Kecemasan
      Gangguan kecemasan muncul karena adanya peristiwa yang tidak diinginkannya, seperti kematian orang yang disayangi, perceraian, transisi masa sekolah, bencana alam. Selain faktor kondisi atau keadaan, faktor genetika juga bisa menjadi penyebab seseorang memiliki gangguan kecemasan. Orang yang memiliki kerabat dengan gangguan kecemasan memiliki potensi lebih besar untuk terkena gangguan kecemasan.

2.2.3 Dampak Gangguan Kecemasan
      Kita akan merasa cemas sepanjang waktu, bahkan pada hal – hal kecil dan rasa cemas yang dirasa lebih berat daripada orang pada umumnya dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Selama periode kecemasan, kita akan mengkhawatirkan banyak hal, mungkin soal masa depan, kehidupan saat ini, masalah keluarga, pekerjaan, pasangan, dan masalah lain yang dipikirkan secara berlebihan.Tak hanya itu, kita juga akan melihat sesuatu dengan pesimis, misalnya, masa depan yang suram atau segala hal sulit dikendalikan. Kita menjadi takut untuk membuat keputusan. Mengalami gangguan kecemasan membuat orang ragu-ragu mengambil keputusan karena takut salah. Tak sedikit yang memutuskan untuk lari dari masalah yang tidak selesai.
Dalam keadaan cemas kita bisa mengalami paranoia dan berpikir aneh-aneh yang bersifat khayalan. Kita akan menjadi lebih waspada dan curiga terhadap emosi serta fakta. Kemudian, berujung dengan mengasingkan dan mengisolasi diri sendiri.Selain meningkatkan kecemasan, gangguan kecemasan juga berdampak pada fisik, seperti denyut jantung yang cepat, gemetar, kelelahan, pusing, kesulitan berkonsentrasi, mual, dan mengalami masalah tidur.
Kecemasan jangka panjang tidak baik untuk sistem kardiovaskular dan kesehatan jantung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecemasan meningkatkan risiko penyakit jantung pada orang yang sehat. Gangguan kecemasan bisa berdampak pada sistem kekebalan.Dalam jangka pendek, kecemasan dapat meningkatkan respons sistem kekebalan. Namun, kecemasan yang berkepanjangan dapat memiliki efek sebaliknya.

Ketika Anda merasa cemas, hormon-hormon stres seperti kortisol dan adrenalin dilepaskan yang dapat berdampak pada bagian tubuh Anda yang lain. Hal ini menempatkan tubuh Anda dalam mode fight or flight. Kortisol (hormon steroid yang diproduksi oleh kolesterol di dalam dua kelenjar adrenal yang terdapat pada tiap ginjal) mencegah pelepasan zat-zat yang menyebabkan peradangan, dan mematikan aspek-aspek sistem kekebalan yang melawan infeksi, kemudian merusak respons kekebalan alami tubuh. Kondisi ini memungkinkan orang dengan gangguan kecemasan kronis mudah terkena flu dan infeksi.
Efek negatif jangka panjang dari gangguan kecemasan adalah depresi, insomnia, nyeri kronis, kehilangan minat dalam sek, gangguan penyalahgunaan zat, pikiran untuk bunuh diri, dan kesulitan di sekolah, pekerjaan, dan lingkungan sosial.

2.2.4 Alternatif Penanggulangan Gangguan Kecemasan
     Penanganan gangguan kecemasan berlebihan umumnya dapat dilakukan dengan psikoterapi, pemberian obat, atau dengan gabungan keduanya. Berikut ini jenis terapi psikologis yang umumnya akan dilakukan, yaitu:
a.     Psikoterapi
Psikoterapi merupakan salah satu jenis konseling yang dapat mengatasi gangguan kecemasan berlebihan. Psikoterapi akan membantu Anda menceritakan dan membicarakan apa yang Anda rasakan. Psikoterapi juga bisa memberikan saran tentang bagaimana memahami serta mengatasi gangguan kecemasan yang Anda alami.

b.     Terapi perilaku kognitif
Ini merupakan jenis psikoterapi di mana terapis akan mengajarkan Anda bagaimana mengenali dan mengubah pola pikir, serta perilaku yang dapat memicu kecemasan berlebihan.

c.     Terapi mengelola stres
Terapi 
mengelola stres dengan relaksasi atau meditasi dapat membantu mengatasi kecemasan berlebihan pada seseorang. Terapi ini dapat meningkatkan hasil terapi lain yang Anda lakukan. Dukungan keluarga juga sangat penting dalam pemulihan seseorang dari gangguan kecemasan berlebihan.
Sedangkan untuk penanganan menggunakan obat-obatan, obat antidepresan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi berbagai jenis gangguan kecemasan. Khusus untuk mengatasi kecemasan berlebihan, dokter akan meresepkan kelompok obat ansiolitik atau antiansietas. Obat-obatan untuk meredakan gejala cemas harus dikonsumsi sesuai petunjuk dokter.
  Untuk mengurangi atau mengatasi kecemasan yang ditimbulkan, kita bisa melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
·       Kurangi makanan dan minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, minuman berenergi, atau minuman berkarbonasi. Kafein dapat memperburuk gejala gangguan kecemasan.
·       Menjalankan pola makan yang sehat dan benar.
·       Berolahraga teratur, seperti jogging, senam aerobik, dan bersepeda, dapat membantu melepaskan zat kimia otak untuk mengurangi stres dan memperbaiki suasana hati Anda.
·       Cobalah tidur tepat waktu dan bicaralah dengan dokter jika mengalami gangguan tidur.
·       Hindari mengonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, dan merokok karena bisa memperparah gangguan kecemasan yang dialami.

3.1 Obsessive Complusive Disorder (OCD)
Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi kecemasan atau ketakutan.
Pikiran obsesif dapat dibedakan dengan kekhawatiran dalam dua hal utama, yaitu:
1.     Obsesi biasnya dialami oleh orang itu sebagai sesuatu yang dipicu oleh masalah dalam kehidupan sehari – hari
2.     Isi obsesi paling sering melinatkan tema yang diprespsikan tidak dapat diterima atau mengerikan secara sosial, seperti seks, kekerasan, dan penyakit/kontaminasi

Sementara itu kekhawatiran cenderung terpusat di sekitar kekhawatiranyang lebih lazim dan dapat diterima, seperti uang dan pekerjaan. Komplusi adalah perilaku atau tindakanmental repetitive yang digunakan untuk mengurangi kecemasan. Contohnya termasuk memeriksa beberapakali untuk memastikan bahwa pintu telah terkunci atau mengulangi doa dalam hati beberapa kali. Tindakan ini biasanya dianggap tidak masuk akal oleh orang – orang.


3.1.2 Gejala Obsessive Complusive Disorder (OCD)
                        Beberapa perilaku yang berasal dari pikiran obsesif ini meliputi:
·   Mencuci tangan secara berlebihan, mandi berulang, membersihkan rumah yang tidak perlu
·   Terus-menerus mengatur dan menyusun ulang hal-hal untuk membuat “tepat”
·   Memeriksa hal yang sama berulang kali meski telah memeriksa sebelumnya
·   Menimbun harta benda yang tidak perlu seperti koran bekas dan menggunakan kertas pembungkus daripada membuangnya
·   Menghitung atau mengulang kata atau frasa tertentu. Melakukan ritual seperti harus menyentuh sesuatu beberapa kali atau mengambil sejumlah langkah tertentu

3.1.3 Penyebab Obsessiseve Complusive Disorder (OCD)
      Gejala OCD adalah gangguan pikiran yang menimbulkan rasa cemas atau takut terus menerus, dan perilaku yang dilakukan berulang kali guna menghilangkan kecemasan tersebut. Sebagai contoh, penderita OCD yang takut terkena penyakit, akan mencuci tangan secara berlebihan.
Psikiater akan melakukan wawancara secara mendalam mengenai pikiran dan perilaku yang timbul, serta menggali dampaknya pada kehidupan penderita. Psikiater juga akan memastikan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lanjutan, untuk melihat adanya penyakit lain yang bisa mengakibatkan munculnya gejala OCD.
Penyebab OCD belum diketahui secara pasti, namun terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami OCD, yaitu:
·   Menderita gangguan mental
·   Memiliki anggota keluarga yang menderita OCD
·   Pernah mengalami peristiwa tidak menyenangkan


3.1.4 Dampak Obsessiseve Complusive Disorder (OCD)
·   Tangan basah karena terlalu banyak mencuci tangan
·   Takut berjabat tangan atau menyentuh sesuatu di depan umum
·   Menghindari situasi tertentu yang memicu pikiran obsesif
·   Kegelisahan hebat ketika segala sesuatu tidak teratur atau simetris
·   Memeriksa hal yang sama berulang-ulang
·   Kebutuhan mutal akan jaminana keamanan
·   Ketidakmampuan untuk menghentikan rutinitas
·   Menghitung tanpa alasan atau mengulang kata, frasa, atau tindakan yang sama
·   Setidaknya, satu jam setiap hari dihabiskan untuk pikiran atau ritual yang tidak diinginkan
·   Mengalami kesulitan untuk bekerja tepat waktu atau mengikuti jadwal karena ritual


3.1.5 Alternatif Penanggulangan  Obsessive Complusive Disorder (OCD)

Pengobatan OCD bertujuan untuk mengendalikan gejala yang muncul, sehingga metode yang dilakukan tergantung kepada tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan bagi penderita OCD dapat berupa terapi perilaku kognitif, pemberian obat antidepresan, atau kombinasi dari kedua metode tersebut. terapi perilaku kognitif, bertujuan untuk membimbing penderita OCD dalam menghadapi ketakutannya dan mengurangi kecemasannya tanpa melakukan kegiatan berulang. Pada beberapa penderita, pengobatan perlu dilakukan seumur hidup.


  

              







       
Bab 3
Penutup
3.1 Simpulan
           Depresi merupakan gangguan jiwa yang sering kita temui dalam masyarakat dan bahkan mungkin pernah kita alami namun tidak disadari, salah satu penyebab depresi adalah stress berkepanjangan kita semua tentu pernah merasakan stress, jika stress bisa menyebabkan depresi, maka depresi bisa menyebabkan gangguan jiwa yang lain seperti gangguan kecemasan (Anxiety Disorder) dan  Obsessive Complusive Disorder. Walaupun tidak hanya disebabkan oleh stress dan depresi, namun stress menjadi peyebab yang paling mudah terjadi pada diri. Dan jika gangguan yang dialami sudah parah, maka memiliki kemungkinan tidak dapat disembuhkan, namun bisa diatasi dengan obat ataupun terapi dari tenaga proffesional.

3.2 Saran
           Kita harus lebih memperhatikan bahkan mengkhawatirkan kesehatan mental kita, karena masalah menta bukan hal yang sepele karena bisa mempengaruhi segala aktivitas dalam kehidupan, dan lalgi banyak gejala – gejala gangguan jiwa yang tidak disadari. Dan jika ada gejala – gejala gangguan jiwa dalam diri kita jangan menyepelekannya dan ada baiknya untuk menghubungi psikolog atau psikiater agar cepat mendapat penanganan.
           














Daftar Pustaka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Alamiah Dasar

Analisis SARA