Ilmu Alamiah Dasar
Tugas 1
Ilmu
Alamiah Dasar

Oleh
Regita
Dewi Duwana (15519396)
1PA09
Jurusan
Psikologi
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2019
Bab 1
Pendahuluan
Ilmu alamiah merupakan ilmu
pengetahuan yang mengkaji gejala – gejala dalam alam semesta, termasuk bumi,
sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu alamiah dasar (basic natural
science) hanya mengkaji konsep – konsep dan prinsip – prinsip dasar yang essensial
saja. Maka dari itu sebagai manusia, penting untuk mengetahui apa itu ilmu
alamiah dasar karena berhubungan dengan gejala alam, bumi, dan semesta yang
manusia tinggali dan lihat dalam kehidupan sehari – harinya. Ilmu alamiah dasar
atau bisa disebut juga sains merupakan ilmu yang bisa dipelajari dalam bidang
akademis selain bahsa dan ilmu humaniora. Ilmu alamiah sangat berhubungan dan
menjadi dasar dari sains.
Dalam makalah
ini penyusun membahas masalah mengenai:
1) Apa itu ilmu alamiah dasar?
2) Bagaimana perkembangan alam pikiran manusia sejak
dulu sampai sekarang?
3) Apa itu mitos dan apa saja contohnya?
4) Apa itu legenda dan apa saja contohnya?
5) Apa itu cerita rakyat dan apa saja contohnya?
Dalam pembuatan karya tulis ini, tentunya penulis memiliki
tujuan. Tujuan tersebut yaitu:
1) Untuk mengatahui apa itu ilmu alamiah dasar
2) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan alam pikiran
manusia sejak dulu sampai sekarang
3) Untuk mengetahui apa itu mitos dan contohnya
4) Untuk mengetahui apa itu legenda dan contohnya
5) Untuk mengetahui apa itu cerita rakyat dan contohnya
Bab 2
Pembahasan
2.1 Definisi Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu alamiah (I.A) sering disebut Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan ada juga yang meneyebut ilmu kealaman yang dalam
Bahasa Inggris disebut Natural Science (Science) dan dalam Bahasa Indonesia
dikenal dengan sains. I.A merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala –
gejala dalam alam semesta, termasuk bumi, sehingga terbentuk konsep dan
prinsip. Ilmu alamiah dasar (basic natural science) hanya mengkaji konsep –
konsep dan prinsip – prinsip dasar yang essensial saja. Pengalaman manusia dari
zaman ke zaman akan berakumulasi karena manusia memiliki rasa ingin tahu
(kuriositas) terhadap segala hal. Pengalaman merupakan salah satu cara
terbentuknya pengetahuan, yakni kumpulan fakta – fakta. Pengalaman akan
bertambah terus selama manusia ada di bumi dan mewariskan pengetahuan kepada
generasi selanjutnya. Pertambahan pengetahuan (knowledge) didorong oleh:
1)
Dorongan untuk memuaskan diri yang
bersifat nonpraktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami hakikat
alam semesta dan isinya.
2)
Dorongan praktis, yang memanfaatkan
pengetahuan itu untuk meningkatkan tarif hidup yang lebih tinggi.
Kedua dorongan menumbuhkan kemajuan ilmu
pengetahuan. Dorongan pertama menuju ilmu pengetahuan murni (pure science),
sedangkan dorongan kedua menuju ilmu pengetahuan terapan (applied science). Ilmu
alamiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis. Artinya,
kegiatan manusia yang tiada hentinya dari hasil percobaan akan menghasilkan
konsep, selanjutnya konsep tersebut mendorong dilakukannya percobaan yang
seterusnya.
2.2 Perkembangan Alam Pikiran Manusia Sejak Dulu Sampai Sekarang
Manusia
memiliki rasa ingiin tahu terhadap rahasia alam dengan menggunakan pengamatan
dan penggunaan pengalaman, namun sering tidak dapat menjawab masalah dana tidak
memuaskan. Pada manusia kuno, untuk memuaskan diri mereka mencoba membuat
jawaban sendiri. Misal, apakah pelangi itu? Mereka tidak dapat menjawab. Maka
mereka mengatakan bahwa pelangi adalah selendangg bidadari. Maka timbullah
pengetahuan baru yaitu bidadari. Mangapa gunung Meletus? Mereka mencoba
menjawab dengan mengatakan bahwa yang berkuasa marah. Muncullah pengetahuan
yang disebut yang berkuasa. Dengan menggunakan logika, muncullah pengetahuan
yang berkuasa pada laautan, hutan, dst. Pengetahuan baru yang merupakan
kombinasi antara pengalaman – pengalaman dan kepercayaan disebut mitos. Cerita
– cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima orang pada saat itu karena
keterbatasan penginderaan dan penalaran serta Hasrat ingin tahu yang perlu
segera dipenuhi, sehubung dengan kemajuan zaman, lahirlah ilmu pengetahuan dan
metode pemecahan masalah secara ilmiah yang dikenal dengan metode ilmiah
(scientific method).
Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia 700-600 SM.
Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta sebagai ruang setengah bola
dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit dengan bintang – bintang
sebagai atapnya. Namun, yang mengejutkan adalah mereka mengenal bidang
ekliptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun,
yaitu satu kali matahari beredar kembali ke tempat semula, yaitu 365,25 hari.
Pengetahuan perbintangan pada zaman itu memang berkembang dan muncul
pengatahuan tentang rasi – rasi kelompok bintang. Pengatahuan dan ajaran bangsa
Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan, atau mitos.
Pengetahuan semacam itu daoat disebut pseudo science (sains palsu), mirip
dengan sains, tapi bukan sains yang sesungguhnya. Sains palsu terkadang masih
terdapat pada pola pikir orang Yunani kuno (700-600) SM misalnya Thales
(624-548 SM) seorang filsof, astronom, ahli matematika, dan ahli teknik,
berpendapat bahwa bintang – bintang mengeluarkan sinar sendiri, sedangkan bulan
hanya memantulkan sinar dari matahari. Ia juga berpendapat bahwa bumi merupakan
suatu piringan yang datar terapung di atas air. Dia yang pertama kalli
mempertanyakan asal – usul semua benda di alam semesta. Thales berpendapat
bahwa keanekaragaman benda di alam merupakan gejala alam saja, sedangkan bahan
dasarnya amat sederhana, yaitu air. Bahan dasar itu melalui proses membentuk
beranekaragam benda, jadi tidak terbentuk begitu saja. Ini merupakan pendapat
yang sengguh besar dalam alam pikiran manusia zaman itu, karena masih banyak
orang sebelumnya uang berpendapat bahwa benda yang beranekaragam itu diciptakan
oleh Dewa. Selanjutnya Thales berpendapat bahwa semua khidupan berasal dari air.
Berdasarkan kemampuan berpikir manusia yang semakin maju dan perlengkapan
pengamatan yang semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda makin
ditinggalkan orang dan cenderung menggunakan akal sehat (rasio).
2.3 Definisi Mitos
Mitos
(myth) adalah cerita rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa
yang terjadi di dunia lain atau masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi
oleh penganut cerita tersebut. Mitos berasal dari bahasa Yunani muthos yang
berarti dari mulut ke mulut, atau dengan kata lain cerita informal suatu suku
yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Biasanya mitos
menceritakan mengenai terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang,
bentuk topografi, petualangan para dewa, dan sebagainya. Sedangkan legenda
(legend) adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan biasanya
mengenai manusia, kekuatan supranatural, tempat, atau objek. Legenda tidak
terlalu dianggap suci seperti mitos.
Dalam dunia modern, mitos juga memiliki fungsi dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam organisasi. Kepercayaan terhadap mitos membentuk pola
pikir manusia dan bahkan nilai-nilai dalam organisasi. Penelitian dalam artikel
ini memiliki tujuan sebagai berikut. Pertama, apa saja fungsi dari mitos-mitos
yang memiliki tema paling terkenal dari kebudayaan di seluruh dunia; kedua,
adakah hubungan antara mitos tersebut dengan budaya modern. Diharapkan dengan
mendapatkan hasil penelitian dari masalah diatas didapatkan latar belakang
mengenai budaya dan perilaku masyarakat modern, termasuk dalam kehidupan
organisasi mereka. Beberapa contoh mitos yang ada di Indonesia dan bersifat
turun temurun adalah anak gadis jangan duduk di depan pintu, jangan menggunting
kuku di malam hari, jangan tidur di pagi hari, dan masih banyak lagi. Penulis
akan mengambil salah satu contoh mitos yaitu Mitos dalam Ritual Ruwatan
Masyarakat Madura di Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo Masyarakat
Probolinggo terbagi menjadi dua suku yaitu suku Madura dan suku Jawa. Masyarakat
suku Madura bertempat di sebelah timur sedangkan masyarakat Jawa bertempat di
sebelah barat daerah Probolinggo. Sebagian dari masyarakat Madura di Kecamatan
Gending masih mempercayai adanya mitos - mitos. Misalnya, salah satu mitos yang
dipercaya adalah mitos dalam ritual ruwatan. Mitos tersebut dipercaya dan
dilestarikan dengan cara melakukan ritual ruwatan. Proses ritual biasanya
dilakukan sebelum upacara pernikahan dilaksanakan. Mitos dalam ritual ruwatan
masyarakat Madura di Kecamatan Gending bertujuan dengan maksud menghilangkan
tolak balak (mencegah terjadinya musibah). Ritual tersebut biasanya dilakukan
oleh seseorang yang akan menikah. Akan tetapi, tidak hanya masyarakat Madura di
Kecamatan Gending saja yang melakukannya. Sebagian masyarakat Indonesia juga
melakukan mitos dalam ritual ruwatan tersebut. terdapat syarat-syarat dalam
melakukan ritual ruwatan yaitu:
1. jika
dalam satu saudara kandung terdapat satu anak perempuan dan satu anak laki - laki
2. jika
dalam satu saudara kandung terdapat satu anak perempuan dan beberapa anak
laki-laki
3. jika
dalam satu saudara kandung terdapat satu anak laki-laki dan beberapa anak
perempuan
4. jika
dalam satu saudara kandung terdapat beberapa anak perempuan semua atau anak
laki - laki semua.
Ritual ruwatan masyarakat Madura di Kecamatan
Gending memiliki perbedaaan dengan ritual adat lainnya, dapat dilihat dari
kepercayaan dan juga serangkaian acara yang dilakukan dalam setiap ritual. Hal
tersebut merupakan salah satu bentuk usaha untuk menyeimbangkan kehidupannya
dengan alam semesta sehingga mendapatkan keselamatan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan baik jasmani maupun rohani. Masyarakat Madura di Kecamatan
Gending meyakini jika seseorang tidak melakukan ritual tersebut, maka dimasa
hidupnya akan memiliki nasib yang buruk dan selalu mendapatkan musibah.
Kehidupannya akan diganggu dan dimakan oleh Batarakolo. Hal ini menunjukkan
bahwa ritual ruwatan yang dilakukan sebelum pernikahan tersebut bersifat sakral
karena terdapat berbagai makna di dalamnya. Bentuk mitos dalam ritual ruwatan
masyarakat Madura di Kecamatan Gending termasuk dalam folklor setengah lisan
karena di dalam mitos terdapat unsur lisan dan unsur bukan lisan. Unsur
kelisanan dalam ritual berupa mantra sedangkan unsur bukan lisan berupa proses
ritual ruwatan. Wujud mitos dalam ritual ruwatan berupa wujud cerita tentang
Batarakolo. Cerita ini biasanya
diketahui oleh mamacah (sesepuh) yang memimpin proses ritual ruwatan dan
masyarakat yang mempercayai adanya mitos tersebut. Mitos dalam ritual ruwatan
ini merupakan bentuk mitos yang dipercaya dan diyakini oleh masyarakat Madura
di Kecamatan Gending. Oleh karena itu, masyarakat menyebut ritual ruwatan
sebagai salah satu mitos yang ada di daerahnya. Mitos dalam ritual ruwatan
masyarakat Madura di Kecamatan Gending mengandung nilai-nilai budaya di
dalamnya. Mitos ini tercipta karena tingkah laku dari Batarakolo yang ingin
memakan manusia. Demi menghentikan tingkah laku Batarakolo, maka Sangyang Guru
Pramesti harus membuat kesepakatan bersamanya. Salah satu kesepakatan yang
dibuat adalah jika ada oarang yang tidak berhenti bekerja sejenak atau membaca
sholawat saat adzan sudah berkumandang, maka orang tersebut akan dimakan
Batarakolo. Jika tidak dimakan orangnya, maka akan dimakan hasil kerjanya oleh
Batarakolo. Jika ingin terhindar dari Batarakolo, maka harus melakukan ritual
ruwatan yang dilakukan sebelum pernikahan. Terdapat nilai moral dalam tradisi
tersebut yang dapat membawa konsekuensi moral bagi masyarakat untuk tetap
melestarikannya. Tradisi tersebut merupakan amanat leluhur yang harus
dilaksanakan secara turun temurun. Tradisi juga sebagai nilai kultural yang
mengandung nilai-nilai budaya bagi masyarakat sebagai pelakunya yang cenderung
menarik dan memiliki karakteristik tersendiri.
2.4 Definisi Legenda
Menurut
Hasanuddin WS legenda diambil dari istilah Inggris, legend yaitu cerita rakyat
yang berisikan tentang tokoh, peristiwa, atau tempat tertentu yang mencampurkan
fakta historis dengan mitos. Menurut Emeis, legenda merupakan bagian dari
cerita rakyat yang dianggap pernah terjadi, yang mana ceritanya masih kuno dan
setengahnya berdasarkan sejarah dan setengahnya lagi angan-angan. Selain cerita
rakyat dalam bentuk
Sastra
lisan merupakan karya sastra yang ada dalam masyarakat, yang beredar dan
diwariskan turun-temurun secara lisan. Dalam hal ini, sastra lisan merupakan
folklor. Menurut Dundes bahwa folk
merupakan suatu masyarakat yang memiliki ciri-ciri yang sama dan budaya yang
sama yang tinggal dalam daerah tertentu, sedangkan lore merupakan sebagian dari
kebudayaan yang disampaikan secara turun-temurun dari mulut ke mulut. Adapun
folklor di Indonesia memiliki beberapa bentuk dan salah satunya yaitu legenda
yang termasuk dalam cerita prosa rakyat.
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita
sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Masyarakat yakin
bahwa legenda-legenda pernah terjadi pada masamasa yang lama. Legenda memiliki
kandungan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Mengingat begitu besar makna legenda bagi masyarakat pendukungnya, maka perlu
diadakan suatu kajian mengenai legendalegenda yang masih dikenal dan hidup pada
masyarakat tertentu. Beberapa contoh legenda di Indonesia adalah Malin Kundang,
Sangkuriang, Roro Jongrang, Banyuwangi, Danau Toba dan masih banyak lagi.
Penulis akan memaparkan mengenai legenda dam bagong yang berkembang di Desa
Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggale. Legenda Dam Bagong adalah
sebuah cerita masyarakat Jawa pada zaman
Majapahit. Tokoh yang terdapat dalam cerita Legenda Dam Bagong ada enam, yaitu
Minak
Sopal, Minak Sraba atau
Joko, Ki Ageng, Rara Amiswati, Ki Demang Surohandoko, dan Mbok Rondo. Latar
yang terdapat dalam cerita Legenda Dam Bagong ada empat, yaitu latar waktu,
latar tempat, latar suasana, dan latar sosial. Alur dalam cerita Legenda Dam
Bagong yaitu menggunakan alur maju dengan enam tahapan peristiwa. Fungsi dalam
cerita Legenda Dam Bagong terdiri dari fungsi religi dan fungsi kependidikan.
Fungsi religi meliputi pembacaan tahlil dan yasin di Makam Minak Sopal dan
menjaga keseimbangan manusia, alam, dan lelembut dengan menghidangkan sesaji di
Makam Minak Sopal. Adapun fungsi kependidikan yaitu sebagai bahan ajar
apresiasi sastra di sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter melalui
karakter yang ditampilkan para tokoh cerita. Nilai dalam Legenda Dam Bagong
terdiri dari nilai moral dan nilai estetis. Nilai moral yang terdapat dalam
cerita ini yaitu nilai moral individual yang meliputi keberanian, kesetiaan,
dan kejujuran; nilai moral sosial yang meliputi mengasihi dan menyayangi,
mengutamakan kepentingan bersama, dan menghargai orang lain; serta nilai
religius yang meliputi percaya adanya Tuhan dan berserah diri kepada Tuhan (bertawakal).
Adapun nilai estetis dalam cerita Legenda Dam Bagong yaitu pelaksanaan Upacara
“Nyadran Dam Bagong” untuk menyelamati Dam Bagong dan simbol dalam Upacara
“Nyadran Dam Bagong.
2.5 Definisi Cerita Rakyat
Cerita
yang berhubungan dengan asal-usul suatu benda, binatang atau tumbuh-tumbuhan
berdasarkan gejala - gejala yang terdapat pada alam atau rupanya sekarang ini,
disebut etiologi. Etiologi tempat atau kejadian suatu tempat merupakan cerita
tentang asal-usul atau penamaan tempat atau kejadian yang terdapat dalam
beberapa daerah. Cerita rakyat merupakan milik bersama
masyarakat, yang ceritanya sebagian besar tentang hal yang sama. Cerita rakyat asal - usul nama daerah,
misalnya cerita rakyat di pulau Sumatera, yaitu asal usul Lonceng Cakra Donya
Banda Aceh, asal-usul Kera Putir di Gunung Panjang Aceh Tengah, asal-usul Goa
Loyang Pukes Aceh Tengah, asal-usul nama Negeri Tapak Tuan Aceh Selatan,
asal-usul terjadinya Danau Toba di Sumatera Utara, asal-usul nama beberapa Kota
dan Nagari Sumatera Barat, asal-usul nama Kota Palembang Sumatera Selatan, asal
- usul nama Kepulauan Riau, dan asal - usul nama Bukit Tambun Tulang Kerinci di
Bengkulu. Begitu pula cerita rakyat di seluruh Nusantara yang berhubungan
dengan penamaan tempat, misalnya cerita rakyat asal-usul nama Tengger, cerita
rakyat terjadinya Gunung Batok, cerita rakyat penamaan Sungai Perak, cerita
rakyat asal mula kampung Labewa di Sulawesi Selatan, cerita rakyat asal mula
nama Jember, dan lain sebagainya.
Gambaran sosial dan nilai budaya
yang ditemukan dalam cerita penamaan Desa Kemantan, adalah: nilai rajin
bekerja, tidak berputus asa, dan tindakan mufakat. Gambaran sosial dan nilai
budaya yang ditemukan dalam cerita penamaan Desa Siulak, adalah: nilai kesetiaan,
tolong menolong, tindakan mufakat, dan kerja sama. Cerita rakyat penamaan desa
yang masuk ke dalam kategori legenda ada dua cerita berdasarkan ciri-ciri
legenda yang ditemukan di dalamnya, yaitu (1) cerita penamaan Desa Seleman; dan
(2) cerita penamaan Desa Semurup. Ciri-ciri legenda dari kedua cerita yang
ditemukan, adalah: tokoh cerita yang dibayangkan sebagai orang terkemuka yang
menjadi orang yang pernah hidup dan membuat tempat pemukiman bagi masyarakat di
suatu tempat yang bisa dilihat secara geografis. Juga selama hidupnya
didikasikan untuk memberikan manfaat hidup bagi orang banyak. Baik dengan ilmu
dan tenaga yang ia punya, tanpa meminta balas jasa atas apa yang diperbuat
untuk masyarakat banyak. Dari kedua cerita rakyat penamaan desa di Kerinci yang
masuk dalam kategori legenda ini, ditemukan nilai-nilai sosial kemasyarakatan.
Gambaran sosial dan nilai budaya yang ditemukan dalam cerita rakyat penamaan
Desa Seleman, adalah: percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, suka menolong, dan
nilai keikhlasan. Nilai sosial budaya dalam cerita penamaan Desa Semurup
adalah: nilai keberanian, rajin bekerja, dan kasih sayang. cerita rakyat
penamaan desa di Kerinci yang termasuk dalam kategori dongeng ada lima cerita,
yaitu: (1) cerita penamaan Desa Temiai; (2) cerita penamaan Desa Pulau Sangkar;
(3) cerita penamaan Desa Pengasi; (4) cerita penamaan Desa Terutung; dan (5)
cerita penamaan Desa Lempur. Ciriciri yang ditemukan dalam kelima cerita rakyat
Kerinci tentang penamaan desa itu menunjukkan kesamaan ciri-ciri cerita
dongeng. Hal ini tampak pada tokoh cerita adalah seorang manusia biasa. Kejadian peristiwa dalam
cerita merupakan kejadian yang lazim terjadi dalam kehidupan manusia, yang
terjadinya belum begitu lama. Walaupun ada keajaiban, itu karena perbuatan baik
tokoh dalam cerita. Nilai sosial budaya
yang ditemukan dalam cerita rakyat penamaan Desa Temiai, adalah: mengajarkan
tidak boleh dendam, mengajarkan tidak boleh memfitnah, dan nilai keyakinan.
Nilai sosial budaya dalam cerita penamaan Desa Pulau Sangkar, adalah: tetap
pendirian, dan tidak matrealistis.
Nilai sosial budaya dalam cerita penamaan Desa Pengasi, adalah: memuliakan
tamu, menjadi pemimpin yang baik, dan mengikat tali persaudaraan. Nilai sosial
budaya yang ditemukan dalam cerita penamaan Desa Terutung, adalah: nilai
kejujuran, perbuatan baik akan dibalas, dan nilai keberanian. Nilai budaya yang
ditemukan dalam cerita rakyat penamaan Desa Lempur, adalah: tidak boleh
durhaka, kesetiaan, dan pasrah menerima kenyataan.
Bab
3
Penutup
3.1 Simpulan
Ilmu
alamiah dasar merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala – gejala dalam
alam semesta, termasuk bumi, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu
alamiah dasar (basic natural science) hanya mengkaji konsep – konsep dan prinsip
– prinsip dasar yang essensial saja Mitos (myth) adalah
cerita rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi
di dunia lain atau masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh penganut
cerita tersebut. , legend yaitu cerita rakyat yang berisikan tentang tokoh,
peristiwa, atau tempat tertentu yang mencampurkan fakta historis dengan mitos.
Cerita rakyat merupakan milik bersama masyarakat, yang ceritanya sebagian besar
tentang hal yang sama.
3.2 Saran
Sebagai
masyarakat Indonesia yang memiliki berbagai budaya dari berbagai daerah dan
juga tradisi maupun kebiasaan, sebaiknya kita tetap mengetahui dan tidak
melupakan mitos, legenda, dan cerita rakyat yang bersifat turun temurun dari
nenek moyang kita dan dapat mengambil pelajaran dari sana.
Daftar Pustaka
Maskoeri,J. (2001). Ilmu
Alamiah Dasar
Arlynda,P., Maharani. &
Djoko,s. Legenda Dam Bagong Desa Ngantru Trenggalek Jawa Timur: Telaah Kajian
Folklor, 1-9.
La,O.G. Jurnal Cerita
Rakyat, Nilai – nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara, 1-18.
Mia,A. Mitos dan Budaya,
1-11.
Ika,C. Sukatman, Furoidatul,H. Mitos dalam Ritual
Ruwatan Masyarakat Madura di Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo, 1-7.
Irzal,A. Syahrul R, Ermanto. Cerita Rakyat Penamaan
Desa di Kerinci: Kategori dan Fungsi Sosial Teks, 1-11.
Komentar
Posting Komentar